Tuesday, December 31, 2024

#MarriedLife; Episode LDM (Long Distance Married)

Haloooo, udah Desember mentok tanggal 31 baru balik nengokin blog ini. Maapkaaaan kesibukan dengan kehidupan yang dar der dor ini mengalihkan akuuuu. Alasaaaaan ajaa ih Ibu ini. Baiklah dateng dateng saya mau nulis segmen #MarriedLife yang entah setelah dicek nulis segmen ini tu januari 2024, mengsedih. Lalu sekarang mau nulis soal LDM, hah iyaaa tiba tiba LDM, hiks.

Jadi begini,

Memasuki usia pernikahan yang ke delapan, episode #MarriedLife Long Distance Married ini datang juga. Bukan, bukan berarti saya menantikan episode ini tetapi sejak awal menikah dengan Pak Suami saya tahu betul bahwa akan ada episode ini. Meskipun dulu dengan percaya diri bilang kalau akan ikut kemanapun si Bapak mutasi, agar LDM nggak kejadian. Tapi ternyata, kenyataan hidup berbeda. Saya menyadari bahwa hari keluarnya SK mutasi akan terjadi. Namun saya tidak menyangka akan se-shock itu. Ini adalah pengalaman pertama kami setelah menikah menerima SK mutasi. Jadi cukup menggemparkan keluarga kami. Lebih lebih Pak Suami yang sudah sepuluh tahun di homebase. Jujur, semuanya terasa sangat nyaman. Gimana nggak nyaman coba, tinggal di kampung halaman sendiri, dekat dengan keluarga besar, mengenal daerah dan orang orangnya, tempat kerja juga di sini, semua modal sosial yang kami punya tu ada di sini. Ya pasti berat banget kalau pindah. 

Sehari dua hari pertama setelah menerima SK nggak bisa mikir, cuma bisa nangis sedih sampai sakit kepala. Kepala tu rasanya penuh, segala macam pikiran numpuk jadi satu. Gimana kalau begini, gimana kalau begitu. Tapi kayaknya itu adalah sesuatu yang harus dilalui deh, otak saya berusaha memahami situasi. Kami berdua butuh waktu untuk menerima kenyataan. Setelah habis masa sedihnya, barulah deep talk, ngobrol banyak mengurai satu demi satu hal hal yang mungkin terjadi sekaligus bikin rencananya. Kami melalui hari hari dengan mendiskusikan banyak hal. Setelah itu saya jadi jauh lebih tenang. Target pertama pada saat itu adalah saya harus bisa nyetir agar dapat nganterin anak anak dengan nyaman dan aman.

Aseli sih, ini adalah bagian yang patut banget untuk disyukuri perkara belajar nyetir dan ganti mobil yang sat set sat set. Tidak ada kesulitan yang cukup berarti. Entah dapat keberanian dan kekuatan dari mana saya pegang setir mobil, belajar nyetir. Mulai dari di depan rumah dan lapangan diajarin Pak Suami dan kursus empat jam doang dengan instruktur profesional. Kalau ditotal dua minggu doang belajarnya sebelum Pak Suami berangkat. Setelah itu langsung gas hari senin anter anak anak dan ke kampus nyetir sendiri. Kalau dipikir pikir ini adalah the power of kepepet wkwkwk. Cerita soal belajar nyetir ini kayaknya akan saya ceritakan di blogpost khusus deh karena banyak yang mau diceritain haha.

Bagian paling sulit dari kondisi LDM ini adalah bagian ngasitahu anak anak. Karena saya sudah overthinking duluan gimana ya anak anak nanti, nyariin Bapaknya gimana dan lain lain. Pelan pelan ngasi pemahaman ke anak anak. Berat sih ini, apalagi mereka lengket juga sama Bapak. Tapi sejauh ini mereka memahami kalau Bapak pindah kantor di luar kota. Dan kita juga bisa nanti main ke kantor Bapak yang baru. Naik kapal atau pesawat, lalu mereka excited. Sementara ngobatin kangen dengan video call jadi rutinitas kami, yang anak anak tunggu tunggu. Mellow mellow kangen Bapak sih ada banget, lalu Ibu berusaha menguatkan padahal sebenarnya juga ambyar kalau lihat anak anak sedih.

Sejauh ini LDM bikin lebih intens komunikasi lewat wasap. Ya iyalah … wkwk. Segala macam diceritain via wasap, walaupun nggak langsung dibales ya nggak apa apa yang penting sudah bilang. Terus rajin ngirim foto dan video call se-jam-an, yailah kayak balik ke jaman pedekate :p Saya juga sadar kalau LDM bikin lebih khawatir dan hal ini membuat saya tidak mau sebel sebelan sama Pak Suami. Saya juga jadi lebih intens merapal doa doa, semoga ia selalu dalam lindungan yang kuasa dan dipertemukan dengan orang orang baik. 

Meski begitu saya juga merasa tenang bersama anak anak di rumah. Perasaan yang saya khawatirkan di awal. Khawatir nggak merasa tenang. Namun ternyata Allah kasi rasa ini, agar Pak Suami maupun anak anak juga tenang sehingga bisa beraktivitas seperti sedia kala. Pak Suami juga jadi bisa kerja dengan baik. Sayapun jadi bisa menahan diri untuk nggak marah marah sama anak anak. Bersyukur banget sih ini. Ternyata 2024 ngasi kejutan dar der dor di penghujung tahun. Beneran kejutan ini bikin kami mengukuhkan planing yang dulu masih ngambang. Ada banyak hal yang berkat kejadian mutasi ini jadi terwujud. Dan semoga apa apa yang kami rencanakan bisa terealisasi. Apapun itu.

Sementara ini jalani dulu LDM ini, karena ternyata tidak serta merta kami bisa ikut. Persiapan mental dan materi yang tidak bisa dianggap remeh menyertai 🫠 Semoga segera udahan LDMnya, entah kami yang ikut atau Pak Suami balik ke homebased 😌 ~ Semoga Allah SWT mudahkan ✨

Banyak semoga yang saya langitkan untuk tahun 2025 ~ semangat ya kita Ayang 🖤

No comments:

Post a Comment