Perihal Sampah dan Hal-hal yang Ada Padanya - Sekitar dua minggu lalu ada acara penting
yang berlangsung di Aula Universitas Nahdlatul Ulama NTB. Sebuah acara yang
mempertemukan para ahli, praktisi dan pemangku kebijakan. Sebuah acara yang
dikemas dalam bentuk seminar ini membahas persoalan yang masih menjadi PR besar
umat manusia yang ada di Bumi. Persoalan yang selalu menarik untuk dibahas
terlebih bagi warga NTB. Tiada lain tiada bukan, persoalan tentang SAMPAH.
Hadir sebagai pembicara adalah Nita Citrasari,
S.Si., M.T., ahli pengolahan sampah dari Universitas Airlangga Surabaya, Dinas
Lingkungan Hidup Kota Mataram, dan Syawaludin, S.E., praktisi bank sampah. Seminar
ini membahas sampah kota secara lengkap mulai dari metode pengelolaan sampah
kota, praktik dan kebijakan pengelolaan sampah di lapangan, serta pengelolaan
bank sampah di masyarakat. Seminar yang dihadiri oleh mahasiswa dan
instansi-instansi terkait dengan Lingkungan ini berjalan lancar dan seru, hal
ini terlihat dari antusiasnya para peserta seminar ketika sesi diskusi
berlangsung.
Sebelum berbicara lebih jauh tentang sampah
ada baiknya saya beri sedikit penjelasan tentang terminologi sampah yaa. Bahwa
yang disebut sampah itu adalah limbah yang berbentuk padat. Karakteristik wujud
limbah kan ada tiga nih, limbah cair, limbah gas, dan limbah padat. Nah, limbah
yang berwujud padat inilah yang biasa kita sebut dengan sampah. Sampah sendiri
banyak macamnya, ada yang dikategorikan berdasarkan jenis senyawanya,
berdasarkan karakteristik fisika kimia biologinya, berdasarkan istilah
teknisnya, dll….kalau dilanjutkan jadi kuliah dua SKS nih :p.
“SAMPAH: zat sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat” – (UU No. 18 Tahun 2008)
Seperti yang disampaikan Bu Nita sebagai
pemateri pertama yang menjelaskan tentang metode pengelolaan sampah, - tapi
tentu saja tak banyak ya, kalau semuanya dijelaskan bisa jadi kuliah dua semester
gaes …hahaha. Okey, jadi saya akan mencoba menuliskan garis besarnya. Paradigma
kita dalam mengelola sampah kini harus diubah. Kita sudah harus berpindah dari
pikiran sampah kita kumpulkan kemudian dibawa ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir).
Sebabnya, semakin lama penduduk Bumi semakin besar jumlahnya which is akan butuh lahan untuk
membangun rumah yang artinya bahwa akan semakin sulit untuk membangun TPA.
Pembangunan sebuah TPA membutuhkan lahan yang sangat luas dan biaya yang sangat
mahal. Dan ini menjadi masalah besar ketika kita tinggal di kota besar.
Pertumbuhan penduduk yang tinggi ini juga jelas akan menghasilkan sampah yang
semakin besar jumlahnya. Maka yang perlu kita lakukan adalah melakukan
pengolahan sampah mulai dari rumah kita sendiri. Habit kita sebagai individu
harus diubah, mulai melakukan pembatasan timbulan sampah (sebisa mungkin
menggunakan barang yang sedikit meninggalkan sampah), mendaur ulang sampah, dan
pemanfaatan sampah. Sampah-sampah yang tidak bisa kita olah sendiri bisa kita
masukkan ke bank sampah terdekat atau berakhir ke TPA. Dengan begitu,
setidaknya kita sudah mengurangi jumlah sampah yang harus ditampung TPA.
Dinas Lingkungan Hidup hadir sebagai
pembicara kedua, yang dimana Dinas LH menyebutkan bahwa Kota Mataram
menghasilkan 573 ton/hari. Wow….its big
wow, mencengangkan banget kan. Kita mungkin santai saja membuang satu
bungkus permen, - sambil bilang sampahnya
kecil juga, tapi coba bayangkan jika bungkus permen itu terus dibuang
begitu saja, lama-lama jadi bukit kan? Uh!. Dinas Lingkungan Hidup, sejauh ini
sudah berusaha menanggulangi sampah yang ada di Kota Mataram, dengan
menggandeng banyak komunitas bank sampah dan sosialisasi kepada masyarakat.
Namun masih belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Reward and punishment belum diterapkan dengan ketat. Anggaran untuk
pengolahan sampahpun masih seret. Operasional untuk pengolahan sampah tak
sedikit gaes.
Pembicara ketiga, hadir pak Syawaludin –
seorang pendiri bank sampah, kalau boleh dibilang ia pengusaha di bidang
sampah. Pengolahan sampah dan energi dari sampah memang diramalkan akan menjadi
usaha di masa depan yang paling diincar masyarakat. Dan pak Syawal menyadari
hal itu lebih dulu. Pak Syawal menyediakan bank sampah yang dimana masyarakat
luas bisa menjual sampah di sana dan akan mendapatkan uang tabungan.
Kasarannya, pak Syawal beli sampah dari masyarakat. Ini sesuatu yang luar
biasa, karena bisa menggerakan masyarakat untuk mulai mengumpulkan sampah yang
mereka miliki untuk dijual ke bank sampah. Jelas meringankan kerja pemerintah
dalam pengelolaan sampah. Sampah yang ada di bank sampah pak Syawal dijual ke pabrik
dan ada yang diolah menjadi kompos dsb.
Garis besar yang bisa diambil dari seminar
tentang sampah kota ini adalah pengolahan sampah bukan semata-mata tanggung
jawab pemerintah tapi juga tanggung jawab semua lapisan masyarakat. Diperlukan
sinergi berbagai pihak untuk bekerja sama dalam mengolahnya. Setiap individu
harus mau mengolah sampah mulai dari rumahnya sendiri, mulai dari dirinya
sendiri. Bank sampah yang kini mulai banyak di Kota Mataram juga bisa menjadi alternatif.
Sampah tak bisa kita pandang sebelah
mata, karena tak hanya efek fisik yang dipandang mata yang ia berikan, namun
lebih luas dari itu. Kau pikir semakin panasnya cuaca tak dipengaruhi sampah?
“Mahasiswa Teknik Lingkungan UNU NTB punya PR besar yang harus dilakukan untuk mengolah sampah, terutama di NTB”
Last but not least, tuliasan ini
sebagai pengingat untuk kita semua, terutama bagi diri saya sendiri. Agar saya
tak lagi merasa malas ketika harus memilah sampah yang saya hasilkan. Thank
you!
No comments:
Post a Comment