Sisterhood - Kami terpaut jarak usia yang pendek, hanya dua tahun saja. Saya lahir tahun 1990, dia lahir tahun 1992. Kami sama-sama perempuan. Lahir dari orangtua yang sama, Ibuk dan Bapak. Lahir di tengah-tengah keluarga yang sama. Dialah adik perempuan saya.Sister is probably the most competitive relationship within the family, but once the sister are grown, it becomes the strongest relationship.~Margaret Mead~
Ketika kecil, saat
balita banyak yang mengira kami adalah anak kembar. Ini tidak mengherankan karena
postur kami yang hampir mirip dan kami juga selalu dipakaikan baju yang sama
modelnya oleh Ibuk. Entah apa pertimbangan Ibuk saat itu. Sampai tamat sekolah
dasarpun kami masih sering dibelikan baju dengan model yang sama, yang berbeda
hanya soal warnanya saja. Waktu itu sih kami tidak keberatan, tidak ada kalimat
protes yang keluar dari mulut kami. Kami selalu happy, karena tak perlu
iri-irian, merasa baju yang satu lebih bagus dari baju yang lain. Tapi beda
halnya dengan ketika kami sudah masuk sekolah menengah atas. Kami mulai
menentukan pilihan sendiri soal baju-baju yang akan kami pakai. Ibuk dan Bapak
juga membolehkan, asalkan tidak melanggar aturan. Di fase ini adik saya ini
nggak mau banget kembaran baju dengan kakaknya. Kalau ditawarin, big no katanya.
Berbagi Banyak Hal
Seperti orang lain yang
memiliki saudara perempuan, kami juga mengalami banyak hal bersama. Menjadi
teman main dan belajar sejak kecil. Dia adalah teman main pertama saya. Di
rumah saya menghabiskan banyak waktu bersamanya. Saling berebut mainan, baikan,
berebut mainan lagi, sampai baikan lagi. Begitu seterusnya….hahaha. Soal
belajar juga selalu bareng. Ibuk dan Bapak sangat keras kalau soal belajar. Maghrib
kami pergi belajar mengaji di musholla kampung sebelah. Setelah pulang, makan
kemudian belajar atau menyiapkan buku pelajaran untuk esok hari. Meskipun
kadang adik saya ini keburu ngantuk duluan. Doi cepet banget ngantuknya sih :p
macam anak kembar kan :D |
Semakin kami tumbuh
besar. Semakin banyak hal yang kami lakukan bersama-sama. Ia menjadi teman
jalan-jalan dan belanja saya yang paling oke. Mau diajak jalan kemanapun dia mah
ayo aja. Ketika di Jogja malah dia yang sering ngajakin jalan. Saya main ke
taman buah Mangunan, mengejar sunrise di puncak Suroloyo, menikmati sunset di
puncak Parangkusumo, mengelilingi api unggun di Gumuk Pasir Parangtritis, dan
banyak lagi yang lainnya. Jauh sebelum tempat-tempat tersebut se-hits sekarang.
Semuanya berkat dia. Sungguh pengalaman yang menyenangkan. Kalau soal belanja,
meskipun selera baju kami berbeda tapi
soal tempat belanja selera kami sama. Kami sama-sama suka belanja di tempat
yang murah tapi punya model pakaian yang oke. Jadilah kami bertukar informasi
soal tempat-tempat kayak gini….haha.
Selain jadi partner
jalan-jalan yang asyik. Rasanya nggak cukup kalau saudara perempuan nggak jadi
teman sharing dan ngerumpi. Begitupun ia. Kami bertukar cerita tentang banyak
hal. Tentang apapun. Kami sering meminta saran atas apa yang sedang kami
hadapi. Kalau lagi galau dan sebagainya. Adik saya ini menjadi saksi hidup atas
hal-hal yang pernah saya alami. Dalam beberapa hal terkadang ia lebih dewasa
dari saya.
Persaudaraan kami
bukannya tanpa pertengkaran. Pertengkaran penuh drama juga sering terjadi kok.
Kalau lagi kelahi deramah banget pokoknya....haha. Duh kalau diingat-ingat saya
jadi malu sendiri. Kok bisa coba kelahi sama sodara sampai segitunya. Kami
sampai nggak teguran berhari-hari. Sampai Ibuk dan Bapak turun tangan. Abis itu
nangis-nangisan, terus maaf-maafan. Eh ntarannya terulang lagi. Sampai Ibuk dan
Bapakpun menyerah…heuheu.
body dia emang lebih besar dari aku sis :p |
We Are Becomes Strongest
Kini, kami berdua sudah
menikah. Sudah memiliki keluarga masing-masing. Prioritas kami sudah berubah. Tapi
ada hal-hal yang tidak berubah dari kami. Jarak dan waktu tidak memisahkan
kami. Meskipun kini ia harus merantau ke luar daerah mengikuti suaminya. Ternyata
kami masih bisa bercerita tentang banyak hal, seperti dulu. Kami masih bisa
tertawa-tawa dengan hal konyol yang sama, atau menertawakan kelakuan diri sendiri.
Lucu dan menyenangkan.
Karena sudah sama-sama
merasakan pernikahan. Kini cerita kami tak jauh-jauh dari cerita seputar
keluarga, tentang relationship, dan tak ketinggalan tentang menu masakan
keluarga. Tidak hanya itu sih, kami juga bercerita tentang impian-impian di
masa depan yang ingin kami capai.
Menulis ini membuat hati
saya jadi hangat karena saya merasakan bahwa hubungan persaudaraan kami menjadi
lebih kuat seiring bertambahnya usia kami. Kami sama-sama menjadi lebih dewasa.
Lebi peduli satu sama lain, lebih menghargai keluarga. I feel blessed.
No comments:
Post a Comment