Thursday, July 28, 2016
Tak Tergantikan: Buku Cetak dan Tulisan Tangan
Seberapa penting bagi kalian sebuah agenda/diary/notes?. Bagi saya, sangat penting. Hingga kini saya tidak bisa lepas dari agenda (atau apapun sebutannya).
Sejak dulu, ketika di bangku sekolah menengah pertama saya sudah akrab dengan agenda atau lebih tenar dengan sebutan diary. Kala itu, diary saya lebih banyak berisi biodata teman-teman sekolah saya – yang saya minta tulis sendiri. Atau saya tulisi dengan lirik-lirik lagu yang sedang hits saat itu. Saya belum memfungsikan agenda dengan maksimal. Saya baru sebatas suka membeli diary-diary lucu yang dijual di toko langganan.
Memasuki sekolah menengah atas diary lebih bermanfaat dari sekedar menjadi temapt biodata teman-teman. Saya mulai menulisi diary dengan curhat-curhatan ala a-be-ge dan menulis to do list atau jadwal sehari-hari yang akan saya lakukan. Diary saya sangat bersifat rahasia, takut banget ketahuan isinya sama orang lain. Sampai bela-belain beli diary yang ada gemboknya… LOL. Meski begitu masih saja belum konsisten menulis di diary.
Bisa dibilang kalau konsistensi saya dalam menulis di agenda dimulai sejak di bangku kuliah. Saya memilih agenda/diary yang memiliki kertas yang tebal agar ketika saya gambar dengan tebal tidak mudah tembus. Dan tentu saja saya juga memilih diary yang bergambar atau yang warna-warni, khas cewek. Di dalam diary tersebut saya rutin membuat semacam resolusi, pencapaian yang ingin saya raih, to do list, jadwal-jadwal penting, dan pikiran-pikiran random yang muncul di kepala. Saya sering membuat semacam peta/diagram pencapaian dan target-target. Target-target yang saya buat ada yang tercapai dan ada pula yang tidak. Tapi tak mengapa karena bagi saya itu bagian dari perencanaan dan pembelajaran. Pernah ada seorang teman saya komentar, “apa nggak kaku banget gitu hidupmu kalo semua dibikin to do listnya atau jadwalnya?”. Jawabannya jelas aja nggak. Sampai saat ini saya merasa hidup saya tetap menyenangkan dan penuh kejutan. Yaa…kan tahu sendiri kalau manusia cuma bisa berencana. Di perjalanannya tetap saja Tuhan kasih kejutan karena Dia tahu yang paling baik untuk kita. To do list saya lebih banyak saya buat ketika saya akan menghadapi minggu-minggu yang padat karena banyak tugas. Meski begitu di dalamnya tetap saja harus ada “me time”-nya biar tetap waras…hehe.
Kini, meski zaman sudah canggih dengan semua perangkat digitalnya. Agenda/diary yang ditulis tangan masih belum tergantikan bagi saya. Setiap tulisan tangan saya terasa lebih bernilai dan meyakinkan atas apa yang saya tulis di sana (re: diary). Saya lebih suka melihat coretan tangan saya di kertas walaupun kadang rapi kadang acak-acakan. Adanya aplikasi notes di smartphone tetap nggak bikin nyaman. Itulah mengapa di tas saya selalu terselip notes dan pulpen untuk menulis. Buku cetak dan tulisan tangan belum bisa tergantikan.
Dan saat ini saya sedang keranjingan bikin Bullet Journal, sebuah personal journal. Kalau mau tahu lebih banyak tentang bullet journal boleh deh ketik di gugel. Bullet journal memang jadi wadah personal journal yang dibuat sesuai sebutuhan masing-masing pengguna. Dihias, ditulis dengan alat tulis warna-warni, pokoknya dibikin cantik. Setiap orang bisa berkreasi sebebas mungkin dengan bullet journalnya. Jadi setiap orang akan memiliki bullet journal yang berbeda dengan orang lain. Tapi biasanya, secara umum isinya sama yaitu planning, to do list, doodling about something, life goals or anything. Kalau liat di internet sih seru banget bullet journal ini. Sampai ada komunitasnya juga. Gara-gara ini saya jadi semakin rajin bikin journal, baik bulanan atau harian, dan goals yang ingin saya capai.
:))
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment