para fasilitator, relawan pengajar, dan guru
Kelas Inspirasi yang biasa disebut KI adalah sebuah gerakan yang bisa dibilang merupakan turunan dari Indonesia Mengajar. Berbeda dengan Indonesia Mengajar yang dilakukan selama satu tahun, Kelas Inspirasi hanya dilakukan selama satu hari yaitu yang biasa disebut dengan hari inspirasi. Kelas Inspirasi menjadi wadah bagi para profesional di segala macam bidang untuk turut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut turun untuk tahu realitas pendidikan di lapangan seperti apa, dan yang paling penting agar bisa memotivasi para siswa agar memiliki cita-cita yang tinggi sekaligus memperkenalkan bahwa profesi di dunia ini sangatlah banyak. Kelas Inspirasi diharapkan bisa menjadi tempat kolaborasi antara pihak sekolah, para siswa dan para profesional. Sebenarnya penjelasan tentang Kelas Inspirasi sudah sangat lengkap di Website Kelas Inspirasi. Silahkan luangkan sedikit waktu untuk berkunjung ke sana. Terdapat tujuh hal penting yang harus diketahui tentang kegiatan ini yaitu bahwa kegiatan ini bersifat Sukarela, Bebas Kepentingan, Tanpa Biaya, Siap Belajar, Ambil Bagian Langsung, Siap Bersilaturrahmi, dan Tulus. Semua kegiatan yang dilakukan adalah secara sukarela, jadi nggak ada ceritanya dikasi biaya untuk pulang pergi menuju lokasi KI atau biaya untuk yang lain-lain. Jadi kalau masih nggak rela dan nggak siap mending jangan ikutan dulu.
Saya pribadi mendengar tentang Kelas Inspirasi pertama kali ketika membaca sebuah tulisan di internet waktu itu sedang nyasar saja sebenarnya. Komentar saya saat itu, ya ampun ini kegiatannya keren banget, baru dan sangat menarik. Waktu itu hanya sepintas saja, saya belum begitu antusias karena tahu diri saat itu belum memiliki profesi yang bisa diceritakan (masih mahasiswa – meskipun ini juga profesi nggak sih? :D). Kelas Inspirasi yang saya tahu waktu itu berlangsung di daerah-daerah di Pulau Jawa. Tahun berikutnya, ketika sedang sekolah di Jogja saya masih membaca cerita-cerita tentang KI tapi seiring kesibukan kuliah saya lupa tentang adanya kegiatan tersebut sampai saya tahu bahwa KI sudah terlaksana di Lombok, kampung halaman saya. Senang rasanya KI sudah ada di Lombok, yang digagas oleh orang-orang yang saya kenal baik. Ketika KI Lombok pertama dan kedua saya masih belum percaya diri untuk ikut mendaftar karena selain masih sibuk dengan urusan kampus juga masih belum punya profesi yang bisa saya ceritakan.
Keinginan saya untuk ikut KI tidak surut dan bersambut dengan dibukanya pendaftaran KI Lombok 3. Dimulai dari Lombok dulu deh ya, pikir saya. Kebetulan waktu itu saya sudah selesai sekolah. Saat itu saya mendaftar KIL 3 sebagai creative writer, profesi yang hampir setahun saya jalani. Maka mendaftarlah saya untuk menjadi relawan pengajar. Ohya lowongan yang bisa dipilih ketika mendaftar KI adalah relawan pengajar dan relawan dokumentator. Relawan pengajar adalah relawan yang akan memberikan motivasi dan bercerita tentang profesinya, sedangkan relawan dokumentator adalah relawan yang bertugas mendokumentasikan kegiatan KI (mulai dari foto-foto, video sampai bikin poster ataupun buku). Jangan salah loh ya, daftar jadi relawan KI juga bisa ditolak. Ada lagi yang disebut fasilitator KI yaitu mereka adalah yang menjadi panitia KI di daerah yang menjadi tempat berlangsungnya KI. Biasanya mereka adalah orang-orang muda yang memang konsen dan mau membangun daerahnya, salah satunya dengan cara bikin KI. Salut deh sama para fasilitator daerah KI di manapun berada.
untung anak-anaknya fokus ....haha
Kelas Inspirasi Lombok 3 kemarin bertemakan Jelajah Pulau. Hal ini karena KIL 3 berlangsung di gili-gili (pulau-pulau) kecil yang ada di sekitar Lombok. Termasuk di dalamnya tiga gili yang paling terkenal di Lombok. Setelah melewati pendaftaran, pengumuman, pembagian kelompok, dan briefing acara maka sampailah kami di hari inspirasi. Saya sendiri masuk ke dalam kelompok Gili Air. Awalnya agak mikir, kenapa di Gili Air si, ini kan Gili wisata, mikirnya sih sekolahnya sudah maju ala-ala sekolah internasional gitu. Tapi….eeng….jangan mikir gitu lagi deh. Tantangan sebagai relawan pengajar adalah bagiamana membahasakan profesi kita dengan cara sederhana, cara yang kiranya paling mudah diterima anak-anak. Belajar gimana bikin ice breaking supaya anak-anak nggak bosan dan bisa mencairkan suasana. Pokoknya harus bikin kelas jadi seru tanpa menghilangkan pesan-pesan yang harus kita sampaikan. Beberapa hari sebelum hari H saya juga berpikir keras mau menyampaikan apa pada anak-anak dan bagaimana caranya. Kemudian saya memutuskan untuk tidak berbicara tentang profesi creative writing tapi berbicara profesi yang berhubungan dengan bidang keilmuan saya yaitu tentang lingkungan, bencana, dan bumi. Seorang teman juga meyakinkan saya untuk sebaiknya bicara tentang hal ini. Ini juga sesuai sih dengan misi saya agar anak-anak paling tidak sadar dengan lingkungan tempat mereka tinggal – yang punya potensi bencana (anak-anak adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap bencana). Saya membuat media belajar gunungapi dan membawa foto-foto kejadian bencana di dunia. Dan yess! media belajar yang saya bawa berhasil mengambil perhatian anak-anak di kelas, mereka penasaran dengan apa yang saya bawa. Wajah-wajah antusias langsung fokus pada apa yang saya ceritakan. Itu di kelas lima. Cerita yang berbeda saya temukan di kelas bawah yaitu kelas dua. Kelas bawah (1,2,3) lebih menguras energi daripada kelas atas (4,5,6). Karena usia yang lebih kecil yang diiringi dengan keinginan untuk bermain yang lebih besar maka semakin besar tantangan kita. Suara saya sampe serak lho ngomong di kelas dua. Tapi tetap menyenangkan. Saya jadi salut dan bangga sama guru-guru SD, apalagi yang harus megang kelas bawah.
Di KIL 3 saya bertemu dengan orang-orang yang luar biasa hebat. Ada yang pertama kali ikut KI seperti saya, tapi ada juga yang sudah ikut KI berulang kali bahkan KIL 3 waktu itu adalah KI-nya yang ke-17…wow. Apakah mereka orang-orang yang nggak punya kerjaan? atau lagi males-malesan kerja? atau cuma mau lepas dari kerjaan doang? atau cuma iseng?. Tidak. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar niat untuk KI, rela mengambil cuti demi berbagi sama anak-anak. Banyak yang bela-belain kelarin semua urusan kerjaan demi dikasi izin cuti sama bos atau pimpinan. Banyak lagi yang sudah jauh-jauh hari sudah siap-siap, demi KI. Banyak yang mengaku sudah ketagihan KI. Menjadi semacam kegiatan plus-plus yang bisa dilakukan hanya dalam satu waktu. Bisa sejenak libur kerja, sambil jalan-jalan, bertemu orang baru, menambah pengalaman, bertemu anak-anak dan tentu saja berbagi inspirasi. Beragam profesi saya temui, mulai dari CEO, general manajer, guru, dosen, dokter, engineer, perawat, apoteker, fotografer, penulis, event organizer, make up artis, designer grafis, pramugara, pegawai pajak, pegawai KAI, dan banyak lagi yang lainnya.
bersama siswa siswi SDN 1 Gili Indah, Gili Air
Meski waktunya cuma sehari tapi sangat berkesan. Pengalaman dan teman saya bertambah. Silaturrahmi saya dengan teman-teman kelompok KI pun tetap berjalan sampai sekarang. Alhamdulillah. Saya berharap semoga apa yang saya sampaikan di hari inspirasi diingat oleh anak-anak dan menginspirasi mereka untuk belajar lebih giat. Semoga mereka bisa mencapai apa yang mereka inginkan. Jadi penerus bangsa yang cerdas dan berbudi luhur.
No comments:
Post a Comment