*sumber gambar: id.bookmyshow.com
Saya harus jujur kalau waktu itu saya menunggu-nunggu rilisnya film AADC 2. Bukan karena saya punya kenangan nostalgia dengan film ini, karena ketika AADC dulu tayang saya masih SD dan euphoria AADC tidak ada di kampung saya. AADC pun saya tonton baru di tahun 2015 lalu ketika iseng ngopi filmnya dari seorang teman. Tapi, hal yang membuat saya sangat menunggu film AADC 2 adalah karena puisi-puisi yang dibacakan Rangga di film ini adalah karya penyair favorit saya, Aan Mansyur. Sejak Aan mengumumkan di instagramnya bahwa dia menulis puisi-puisi Rangga saya sudah penasaran bagaimana puisi-puisinya.
Akhirnya setelah filmnya rilis sayapun berkesempatan untuk menonton AADC 2. Untung saja di Lombok sudah ada bioskop jadi bisa nonton deh…*kekinian banget sih mbak. Hari itu saya menonton bersama seorang teman yang juga penasaran dengan film ini. Masuk ke ruangan bioskop saya menyadari bahwa yang menonton hari itu semuanya perempuan, dari remaja sampai ibu-ibu. Well….sampai sesaat filmya akan mulai saya masih penasaran. Antusias melihat seperti apa film ini.
Tapi…., maaf kalau saya harus mengatakan hal ini bahwa saya kecewa dengan film ini. Setelah selesai menonton merasa tidak puas, berasa ada yang kurang. Kurang greget aja gitu menurut saya. Dialognya standar-standar saja dan klimaksnya kurang dapet. #ups, apalah saya ini sok sokan menilai. Anggap saja ini adalah ungkapan seorang penonton awam yaa. Meskipun di awal seorang teman saya yang telah menonton lebih dulu memberikan nasihat untuk tidak berekspektasi terlalu tinggi pada film ini. Meski begitu kehadiran geng cinta (Cinta dan sahabat-sahabatnya) membuat film ini lebih segar apalagi ada Mily yang dengan keluguannya membuat para penonton terhibur. Geng Cinta mengingatkan saya dengan persahabatan antara saya dan beberapa sahabat saya yang juga sudah berjalan lebih dari 10 tahun. Persahabatan yang menjadi wadah kami tuk saling mendukung, mendengar dan mengingatkan. Penuh suka dan duka.
Okey balik lagi ke AADC 2, terlepas dari filmnya yang bikin kecewa ada dua hal menarik bagi saya dari film ini, sekaligus bikin susah lupa. Hal pertama tentu saja puisi-puisi yang dibacakan Rangga. Puisi-puisinya bikin meleleh. Saya sangat menikmati ketika puisi-puisi itu dibacakan. Romantisnya film ini ya berasal dari puisi-puisi itu. Bagi yang sudah menonton pasti masih terngiang-ngiang puisinya. Tak sia-sia tim film ini meminta Aan Mansyur untuk menulis puisi-puisi Rangga. Jadi makin ngefans deh saya #eh. Puisi-puisi yang dari awal membuat saya penasaran akhirnya saya dengar juga. Puisi-puisi yang dibacakan Rangga juga ada di buku kumpulan puisi Aan Mansyur yang berjudul Tidak Ada New York Hari Ini.
Pasti kalian nggak akan lupa sama puisi ini kan?
Bandara dan udara memisahkan New York dan Jakarta
Resah di dadamu dan Rahasia yang menanti di jantung puisi ini dipisah kata-kata
Begitu pula rindu, hamparan laut dalam antara pulang dan seorang petualang yang hilang
Seperti penjahat dan kebaikan dihalang uang dan undang-undang
Seorang ayah membelah anak dari ibunya dan sebaliknya
Atau senyummu, dinding di antara aku dan ketidakwarasan
Persis segelas kopi tanpa gula menjaihkan mimpi dari tidur
Apa kabar hari ini?
Lihat, tanda tanya itu, jurang antara kebodohan dan keinginanku memilikimu sekali lagi.
(Batas, Aan Mansyur)
Hal kedua yang menarik perhatian saya dari film ini adalah bahwa ia membawa ingatan saya menuju Jogjakarta. Seperti yang sudah diketahui bahwa film ini menjadikan Jogjakarta sebagai lokasi syutingnya. Sebagian besar adegan dalam film ini dilakukan di Jogjakarta. Sebagai seorang anak manusia yang pernah mencicipi tinggal di Jogja rasanya tak heran kalau saya seketika jadi baper melihat lokasi-lokasi yang didatangi Rangga dan Cinta. Pasalnya beberapa tempat tersebut sudah saya datangi bersama teman-teman saya dan kamu menciptakan kenangan yang bikin bahagia di sana. Ingatan saya mundur ke belakang saat dimana saya berkumpul dengan teman-teman yang saya temui di Jogja. Antara senang, sedih dan terharu, bercampur jadi satu saat saya melihat lokasi-lokasi itu. Ah….Jogja memang bikin kangen.
Jadi, yang tersisa dari setelah menonton Ada Apa Dengan Cinta 2 hanyalah puisi-puisi yang bikin meleleh dan ingatan tentang Jogja yang yah tentu saja bikin kangen Jogja.
No comments:
Post a Comment