*sumber gambar: wikihow.com
Saya tidak tahu apa alasan pastinya Ibuk memberikan saya sebuah cincin untuk saya gunakan. Sejak SD saya sudah menggunakan sebuah cincin emas di jari tengah tangan kiri saya. Ya, di jari tengah, entah mengapa saya lebih nyaman memakai cincin di jari tengah daripada di jari manis. Hingga kini saya terbiasa menggunakan cincin di jari tengah. Cincin tersebut secara berkala diganti. Jika sudah tidak muat lagi di jari kami, atau Ibuk sedang punya rejeki lebih dan ia mau mengganti cincin kami dengan model terbaru. Bukan hanya saya yang memakai cincin tetapi juga adik perempuan saya. Cincin emas tersebut menjadi aksesoris yang selalu kami pakai. Saya pribadi sangat jarang melepas cincin saya, kapanpun dan dimanapun selalu saya pakai. Jika kebetulan melepasnya Ibuk pasti akan bertanya kemana cincin itu.
Kesempatan kuliah di Jogja memberikan saya pemahaman lain tentang sebuah cincin. Di Jogja, bahkan mungkin di Jawa seorang perempuan yang memakai sebuah cincin menandakan bahwa ia telah menikah, paling tidak telah bertunangan. Kebiasaan masyarakat di Jawa, perhiasan berupa cincin digunakan oleh orang yang telah menikah. Bukan rahasia lagi kalau cincin telah menjadi tanda pengikat antara pasangan yang telah menikah. Hal inilah yang menimbulkan salah penilaian orang-orang pada saya. Karena cincin yang saya gunakan, tidak jarang orang yang baru bertemu dengan saya mengira kalau saya sudah menikah. Bahkan dosen pembimbing thesis saya juga mengira kalau saya sudah menikah. Saya terkejut dan menanyakan alasan dosen saya mengira saya sudah menikah. Beliau menjawab, “soalnya mba Azmi sudah pakai cincin sih, jadi saya kira sudah menikah”. Well….begitulah saya hanya tersenyum (atau tertawa ya) sambil menjawab yang sebenarnya.
Berbeda dengan di Lombok yang rata-rata masyarakatnya tidak terlalu mempedulikan arti sebuah cincin. Di Lombok, banyak pasangan yang sudah menikah tetapi tidak memakai cincin di jari mereka. Sepertinya trend memakai cincin pernikahan di Lombok mulai muncul di kalangan pasangan-pasangan muda yang menikah satu dekade terakhir. Berdasarkan hal ini bisa dikatakan bahwa masyarakat di satu daerah dengan daerah lainnya memang berbeda. Perbedaan tradisi, kebiasaan, dan pemahaman yang berkembang di masyarakat selalu ada.
Maka saya mulai mereka-reka maksud Ibuk memberikan saya sebuah cincin untuk dipakai. Mungkin untuk menjaga saya ketika saya jauh darinya. Setidaknya laki-laki yang berniat menggoda akan mengurungkan niatnya ketika melihat cincin melingkar di jari saya. Ternyata sebuah cincin bisa menjadi penjaga bagi pemiliknya.
No comments:
Post a Comment