Baiklah…… ini semua berawal dari diskusi tentang tulisan dengan seorang teman dan kebuntuan yang melanda. Dan kalimat awal dalam catatan ini adalah kalimat pancingan dari dia.
Aku bingung mau menulis apa. Otakku rasanya buntu, padahal setiap hari ada ribuan kata terekam di otak. Aku mencoba menyusun menjadi sebuah kepingan tulisan, tapi ah…..jariku rasanya terhenti. Jari yang saban hari mengetik ribuan kata sebuah tugas kuliah. Tugas tentang pemanfaatan data-data bencana sebagai perencanaan wilayah. Tugas-tugas tentang kebencanaan. Dan ribuan kata juga telah kutulis ketika menjawab soal-soal ujian.
Ketika menjawab soal ujianpun adakalanya kadang aku merasa bingung mau menulis apa, harus memulai darimana. Apalagi soal-soal ujiannya dalam bahasa inggris dan menjawabnyapun harus menggunakan bahasa inggris. Jadi harus mikir dua kali. Soal-soal yang ada di ujian tersebut lebih banyak bersifat analisis, jadi perlu pemikiran-pemikiran yang tepat untuk menjawabnya. Kadang kami diberikan sebuah kasus untuk dianalisis dan kemudian kami harus memberikan solusi atas permasalahan itu. Yaaa tidak jauh-jauh dari kasus tentang bencana dan perencanaan wilayah, tentang kerentanan, risiko dan manajemennya. Cara yang paling jitu yang aku lakukan ketika mau menjawab soal ujian adalah, berhenti sejenak, membaca soalnya dengan cermat dan memahami apa yang diinginkan soal tersebut.
Kemarin ada tantangan menulis opini tentang Rinjani, diberi waktu selama seminggu. Awalnya bingung mau menulis apa, namun aku awali dengan mencari isu-isu terbaru tentang Rinjani, dan membacanya. Selain itu membaca opini-opini yang dimuat di Koran, ingin tahu bagaimana gaya tulisan opini untuk surat kabar ditulis. Kemudian mulailah aku menulis, baru 500 kata kebuntuan merasuki, tidak tahu mau menuliskan apa lagi, jadi aku tinggalkan dulu. Besoknya aku mulai membuka file tulisan itu lagi, lalu melanjutkan menulis. Dan voilaaaa…..tulisannya selesai, 1045 kata (yang diminta 1000-1300 kata). Aku berhasil menulisnya. Namun kemudian muncul rasa khawatir jangan-jangan tulisan ini jelek, tidak seperti yang diinginkan, tapi ya sudahlah aku kirim saja tulisannya.
Malam harinya, sang editor mengirim pesan “tulisanmu lumayan bagi seorang pemula”, dan pesan itu cukup membuat aku senang, hahaha. Jadi makin semangat untuk menulis.
No comments:
Post a Comment