Friday, July 20, 2018

Cerita Liburan 4D3N Di Bali


Haloo semuanya ~

Pada penasaran nggak sih sama cerita liburan saya ke Bali kemarin, ge-er dikit nggak apa-apalah ya ~ haha. Bagi yang follow di IG pasti sudah pada tahu sekilas saya kemana saja waktu ke Bali kemarin. Sekarang saya mau cerita lengkap tentang perjalanannya, kemana saja selama di Bali, dan kami menginap dimana. Yuk simak!

Liburan ke Bali ini sudah kami rencanakan dari jauh-jauh hari, sejak bulan puasa lalu. Tadinya kami akan liburan seminggu setelah lebaran. Dengan rencana saya akan menyusul pak suami yang sedang diklat di Bali pada minggu tersebut. Tapi ternyata gagal, karena ada sesuatu dan lain hal pak suami harus segera pulang setelah diklatnya selesai. Agak-agak sedih sih waktu itu karena rencana yang sudah disusun dari jauh-jauh hari gagal. Eh tapi ternyata Alloh maha baik, semuanya diganti tuntas. Pak suami memberikan kejutan dengan tiket PP Lombok Bali, liburan ke Balipun jadi. Aaaak....senangnya. Kado ulang tahun katanya *kecepetanpaaak -,-

Long short story, kami berbagi tugas: saya menyusun itinerary selama kami di Bali, menyiapkan dan packing keperluan selama liburan, sedangkan pak suami selain bertugas mengurus tiket dan check in ia juga mengurus hotel tempat kami akan menginap. Kami berada di Bali selama empat hari tiga malam. Berangkat hari Kamis lalu pulang hari Minggu. Memilih dua hari di Ubud, dan dua hari di Kuta. Kami sepakat, lalu kami berangkaaat. Kami sangat excited lho untuk liburan ini, senyum tidak pernah lepas dari wajah kami.

Hari Pertama

Kami tiba di Bali sekitar pukul 11 WITA, fyi Lombok Bali masih sama-sama WITA ya cuma beda beberapa menit doang. Sampai bandara laper dong, kami makanlah dulu agar perjalanan lancar. Sambil makan sambil nyari-nyari gocar, untuk ke kanwil bea cukai Ngurah Rai ~ biar lebih hemat gaes. Kantornya deket banget dengan bandara, jadi eman-eman kalau pakai Taksi yang harganya sudah dipatok 125 ribu. Kami menuju kantor bea cukai untuk mengambil pinjaman motor dari teman pak suami. Motor inilah yang kami gunakan selama di Bali, kesana-kemari dengan bermodalkan Google Maps. Gampang gaes, anti ribet. Paling ribut-ribut diskusi mau mengambil arah yang mana dan nyeri-nyeri di pantat akibat kelamaan di atas motor...hahaha.

Hari pertama kami menuju Ubud, dengan patokan Blanco Museum. Kami mencari penginapan di sekitar Blanco Museum dan Bukit Campuhan ~ yang merupakan tujuan utama kami di Ubud. Lalu, menginaplah kami di sebuah penginapan yang astaga ternyata nggak sebagus fotonya di aplikasi. Malah terlihat horror di tengah "kebon" gitu. Saya berasa horror di penginapan itu, dengan patung-patung yang ada di setiap sudutnya, kebanyakan patung ~ LOL. Kamar mandinyapun saluran airnya mampet, seprei dan selimutnya bau apek dan ada noda seperti noda air dari genteng yang bocor. Nggak rekomended deh. Sepi dan murah sih, Kalau untuk para backpakeran sih cukup. Karena sudah terlanjur dibayar jadi juga kami bermalam di sana. Ya udahlah besok pagi harus out pokoknya, cari penginapan yang lain.

walk track di Bukit Campuhan
Setelah taruh barang di penginapan kami jalan-jalan ke Bukit Campuhan. Bukit ini disebut juga sebagai Bukit Cinta karena sering dijadikan sebagai lokasi pre wedding. Bukit Campuhan adalah bukit tempat melihat pemandangan yang rata-rata hijau, ada jurang, hutan, padang ilalang, beragam pepohonan, dan bangunan-bangunan villa di kejauhan. Di sini kamu juga bisa menikmati sunset kalau cuaca sedang oke. Bagi saya bukit ini mirip dengan sebuah bukit di daerah Tete Batu Lombok Timur, Lombok. Bedanya di Bukit Campuhan sudah ada walk track-nya gitu, jadi lebih rapi. Para wisatawan menjadi lebih nyaman. Masuk ke area Bukit Campuhan gratis gaes. Setelah dari Bukit Campuhan kami menikmati suasana malam di Ubud, menikmati gelato cari masjid tempat sholat magrib lalu makan malam di tempat makan halal bernama Sate Pak Kumis dan berjalan-jalan di sepanjang jalan Ubud. Macam turis saja kami waktu itu. Oh iya kami menemukan sebuah masjid di Ubud bernama masjid Ubudiyah, di google maps ada kok tapi harus benar-benar memperhatikan jalan untuk menemukannya. Karena lokasi masjidnya yang nyempil di dalam lorong kecil. Tapi masjidnya luar biasa adem, dengan alat sholat yang wangi. Setelah puas berjalan-jalan di jalan Ubud, kamipun kembali ke penginapan. Tidur, menunggu pagi.

Bukit Campuhan
Hari Kedua

Hari kedua kami lewati dengan berkunjung ke Blanco Museum. Mengunjungi Blanco Museum adalah ide saya yang kemudian disetujui pak suami. Baca-baca di internet membuat saya tertarik untuk ke museum ini. Tiket untuk wisatawan domestik adalah 30.000 sedangkan untuk wisatawan asing 50.000. Museum ini buka dari jam 9 pagi sampai jam 5 sore. Di museum ini tersimpan lukisan-lukisan karya Antonio Blanco dan perjalanan hidupnya dalam foto-foto. Ia sepertinya penggemar berat perempuan-perempuan Bali, terlihat dari lukisan-lukisannya yang banyak bercerita tentang perempuan Bali. Tidak mengherankan pula jika ia menikahi seorang perempuan Bali yang namanya diabadikan menjadi restoran di wilayah museum, Ronji Restaurant.

gerbang masuk Blanco Museum
Sehabis dari Blanco Museum kami berjalan-jalan ke jalan raya Ubud, rencananya sekalian nyari sarapan. Ternyata eh ternyata tempat makan halal yang kami lihat semalam di jalan raya Ubud tersebut belum buka. Padahal sudah jalan jauh *huft, jalan kaki lho ya. Kata pak suami, ah masak gini doang nggak kuat, biar sehat yaang. Oke baiklah, tiba-tiba saya jadi kuat *ampuh juga mantranya pak*. Perut berasa laper dan kami melipir ke pasar Ubud untuk membeli buah ~ yang paling aman untuk kami beli. Lalu tanpa disangka-sangka turun hujan gaes, dari pagi memang sudah agak mendung. Eh ternyata hujan beneran. Orang-orang langsung menepi mencari tempat berteduh, tidak terkecuali kami. Kami menikmati buah yang kami beli sembari bernanung di sebuah atap gapura. Kalau diingat lucu juga, seru. Tidak ada rasa kesal, kami malah tertawa-tawa dengan buah naga potong di tangan dan rintik hujan yang romantis. Di jalan raya Ubud kami sempat melihat-lihat sebuah toko kecil yang menjual pernak-pernik lucu, ya ampun untung saja iman saya lagi kuat kalau tidak sudah borong deh padahal barangnya nggak perlu-perlu amat.

Blanco Museum
Setelah itu kami kembali ke penginapan untuk mengambil barang dan check out ~ bye bye penginapan horror. Sebelum mencari penginapan selanjutnya kami makan siang dulu. Mencari makan di Bali bagi kami agak-agak susah maka pilihan kami jatuh ke rumah makan padang...haha. Soal penginapan, kami mencari penginapan yang dekat dengan masjid Ubudiyah karena pak suami harus sholat Jumat. Setelah sholat Jumat kamipun meluncur ke penginapan kedua yang lebih baik dari penginapan pertama kemarin. Tempatnya lebih bersih, lebih tidak horror, fasilitas yang lebih banyak meskipun tidak plek dengan yang ada di aplikasi. Suasana Ubud masih mendung yang meneteskan rintik-rintik hujan membuat kami malas untuk keluar penginapan. Mending bobo-bobo'an di hotel kaaan. Kami baru keluar lagi setelah sholat magrib untuk mencari makan malam.

Hari Ketiga

Ubud masih mendung, menambah rasa dingin. Rasanya malas mandi dan keluar penginapan. Tapi berhubung kami sangat ingin main ke Desa Wisata Penglipuran, rasa dinginnya kami lawan. Meluncurlah kami ke Desa Penglipuran, Desa ini berada di Kabupaten yang berbeda dengan Ubud. Ubud berada di Kabupaten Gianyar sedangkan Penglipuran berada di Kabupaten Bangli. Setelah alamat tujuan telah di-setting di google maps, maka meluncurlah kami ke Penglipuran. Daaan jeng-jeng di tengah perjalanan hujan dong gaes. Melipirlah kami ke spbu terdekat untuk segera memakai jas hujan. Terima kasih pada Copin yang sudah meminjamkan motor plus helm plus jas hujan lengkap untuk dua orang. Saya sempat menyerah untuk ke Penglipuran, balik aja yuk kata saya pada pak suami. Tapi seperti biasa, pak suami meneguhkan saya. Sudah sejauh ini masak menyerah sih katanya.

Penglipuran yang indah
Sesampainya di Penglipuran, saya terpesona dengan semua yang ada di desa ini. Desa ini asri, nyaman, bersih, rapi, indahlah pokoknya. Bersih banget tau, dari jalan masuk ke desa ini aja sudah bersih dan rapi. Warganyapun ramah, menyapa dan menawari kami payung ~ rintik hujan masih turun saat itu. Jam menunjukkan baru 08.30 wita ketika kami sampai di desa ini, jadi loket tiketnya belum buka. Tapi kami dipersilahkan masuk untuk berkeliling. Kehidupan baru dimulai ketika itu, para warga masih ada yang menyapu dedaunan di depan rumah, melakukan doa-doa dan meletakkan sesaji di gerbang rumah, sambil tersenyum ramah kepada kami. Di kompleks desa ini juga ada Pura besar, monumen, dan hutan bambu. Saya pensaran dengan bagaimana cara mereka mengelola limbah di desa ini, pengolahan limbah yang mana yang mereka terapkan, apakah pengelolaan sampah masyarakatnya sudah terstruktur atau gimana *dasar orang tekling*. Tapi sayang banget karena hujan yang tidak kunjung reda, rasa dingin dan laper juga harus segera turun ke Kuta menyebabkan saya tidak jadi mewawancarai warga. Kapan-kapan harus main lagi ke desa ini. Oh ya tiket masuk desa ini 15.000 untuk wisatawan lokal dan 30.000 untuk wisatawan asing.

Penglipuran yang indah
Setelah dari Penglipuran kami kembali ke penginapan di Ubud untuk mengambil barang dan check out. Tidak lupa juga untuk makan siang dulu sebelum menuju Kuta. Lanjutlah kami ke Kuta, dengan bermodalkan google maps tentu saja. Kalau naik motor harus siapkan stamina cuy, soalnya dari Ubud ke Kuta hampir dua jam. Untung bawaan kami tak banyak, saya dan pak suami masing-masing bawa tas ransel doang. Kami anti ribetlah pokoknya.

Di Kuta kami menginap di sebuah hotel yang sangat dekat dengan pantai Kuta, ke tempat-tempat terkenal dekatlah kalau dari hotel ini. Saya suka banget sama hotel ini, kamarnya bernuansa putih, nyaman, fasilitas lengkap termasuk TV di dalamnya, murah lagi. Kalau di Kuta kita memiliki pilihan hotel-hotel kece dengan harga murah gaes, tidak seperti di Ubud.

senyum sumringah di Pantai Kuta
Tadinya, kami berencana melihat light festival di pantai nusa dua tapi karena susana mendung-mendung yang tidak mendukung dan kami takut kelelahan jadi niat itu kami urungkan. Sorenya jadilah kami main ke pantai Kuta, belom afdol nggak sih kalau ke Bali nggak main ke pantai Kuta-nya ~ ihiy. Pantai Kuta waktu itu rame banget, sepanjang pantai penuh oleh orang-orang yang duduk-duduk menikmati pantai. Kami hanya sebentar di Kuta, keburu magrib. Lalu sholat magrib di Beachwalk Mall yang ada di sekitar pantai Kuta. Sehabis sholat sekalian deh makan malam di Beachwalk.

Hari Keempat

Setelah melewati tidur yang nyaman di hotel yang kami tempati di Kuta ini, kami bangun dengan perasaan fresh. Tapi selimut dan kasurnya yang empuk bikin pengen bobo lagi. Coba kalau nggak laper mungkin kami nggak bangun-bangun deh dari kasur. Di hari ke empat ini kami tidak berencana kemana-mana karena kami akan pulang. Jadi kami agak selow juga. Setelah sarapan kami coba mengunjungi Krisna terdekat. Sesampainya di sana, saya tidak terlalu tertarik dengan barang-barang yang ada di sana. Fyi selama di Bali entah kenapa saya malas beli-beli sesuatu, hanya membeli barang yang benar-benar saya butuhkan saja seperti sendal karena sepatu saya basah akibat hujan dalam perjalanan. Di Krisna kami hanya membeli cemilan dan baju untuk keponakan. Ibu hemat deh.

one of happiness on earth!
Pulang dari Krisna kami check out, balikin motor lalu berangkat ke Bandara. Sama seperti betapa excited-nya kami waktu berangkat ke Bali maka begitu pula rasanya ketika kami akan pulang ke rumah. Kami sudah rindu dengan kamar kami, rumah kami, dan pak suami yang sudah rindu masakan istrinya. Alhamdulillah kami sampai di rumah dengan selamat.

Hal yang paling melekat dalam ingatan tentang Bali selama liburan kemarin adalah rasa aman di tempat keramaian, motor diparkir di pinggir jalan doang aman gaes. Terus yaa tempat sampah dimana-mana, sampah plastik sangat minim. Suka deh. Perjalanan ke Bali ini juga tentu saja meningkatkan bonding saya dan pak suami. Walaupun panas-panasan dan hujan-hujanan seru saja rasanya, kami sangat menikmatinya, no drama. Sebenarnya sih masih banyak dalam list perjalanan kami yang tidak bisa tercapai karena cuaca yang tidak mendukung, tapi nggak apa-apa sih yang penting kami tetap sehat selamat dan bergembira.

Berikut saya kasi bocoran penginapan yang kami tempati selama di Bali

Malam pertama: Mulawarman Guest House ~ Rp. 298.000 /night
Malam kedua: Suly Resort and Spa ~ Rp. 290.000 /night
Malam ketiga: Alron Hotel ~ Rp. 310.000 /night

Yess, kami menganut prinsip penghematan....haha, semuanya under 350 ribu. Mending uangnya buat makan kan :p

No comments:

Post a Comment